Sabtu, 19 November 2016

JOB ENRICHMENT

SOFTSKILL
PSIKOLOGI MANAJEMEN


Nama : Rindang Sekar Pangayom
NPM : 19514428
Kelas : 3PA19








PENDAHULUAN
Setiap seseorang yang bekerja pada suat perusahaan atau dalam instansi manapun pasti seorang pekerja tersebut mempunyai kemampuan sendiri pada bidangnya masing-masing. Tetapi seseorang tidak mesti terpaku atas satu pekerjaan saja karena kemampuannya hanya dibidang tersebut, terkadang seorang pekerja harus dituntut untuk bisa mengerjakan pekerjaan lain. Oleh karena itu untuk pembahasan materi kali ini akan membahas tentang Job Enrichment, karena job enrichment adalah cara utuk memotivasi karyawan dengan cara memberikan kesempatan pada karyawan tersebut untuk menggunakan segala kemampuan yang mereka miliki untuk bekerja.




                     I.            TEORI
JOB ENRICHMENT

A. Definisi Job Enrichment
Job enrichment adalah cara untuk memotivas karyawan dengan cara memberikan kesempatan pada karyawan tersebut untuk menggunakan segala kemampuan yang mereka miliki untuk bekerja. Job enrichmet pertama kali dikembangkan oleh psikolog Amerika. Landy (1989) mengatakanbahwa job enrichment bisa merugikan pekerja yang telah terstimulasi secara optimal dalam pekerjaannya. Pekerja yang telah optimal seperti  ini akan mengalam overstimulasi jika pekerjaannya disertakan dalam program job enrichment. Job enrichment sangat cocok diterapkan,lebih baik lagi jika program job enrichment digabungkan dengan penetapan target, sehingga target yang sudah ditetapkan dapat direncanakan sesuai dengan pekerjaan yang telah melalui program job enrichment.
B. Langkah-langkah Job Enrichment
salah satu faktor kunci dalam design pengayaan pekerjaan (job enrichment) menurut Stephen P. Robbins (2003), sebagai berikut:
1. Menggabungkan Tugas
Gabungan berbagai bentuk aktivitas kerja untuk memberikan yang lebih menantang dan kompleks pada tugas pekerjaan. Hal ini memungkinkan pekerja untuk menggunakan berbagai macam keterampilan, variasi tugas yang dapat membuat pekerjaan terasa lebih bermakna dan penting. Hal ini meningkatkan keanekaragaman dan identitas tugas.
2.  Menciptakan Unit Kerja Alami
Salah satu cara memperkaya pekerjaan adalah melalui pembentukan unit kerja yang alami dimana pegawai mendapatkan kepemilikan pekerjaan. Unit kerja berarti bahwa tugas pekerja dilakukan sama, mengartikan dan mengidentifikasi seluruhnya. Kenaikan pekerjaan pada setiap pekerja menunjukkan kemungkinan bahwa pekerja akan meninjau pekerjaannya yang berarti dan penting yang tidak begitu relevan dan membosankan.
3. Menampilkan Hubungan Pelanggan
Pekerja sangat jarang kontak dengan pengguna produk ataupun jasanya. Jika hubungan tersebut dapat dibangun, komitmen kerja dan motivasi biasanya akan meningkat. Hal ini meningkatkan keanekaragaman otonomi, dan umpan balik bagi karyawan.
4. Memperluas Pekerjaan Vertikal
Ketika kesenjangan (gap) antara “melakukan” dan “mengontrol” dikurangi “vertical loading” terjadi, khususnya tanggung jawab yang sebelumnya merupakan tanggung jawab manajemen sekarang didelegasikan kepada pegawai sebagai bagian dari pekerjaan mereka. Ketika pekerjaan dibebani secara vertikal, otonomi naik, pekerja merasa tanggung jawab personal dan akuntabilitas untuk outcomes/dampak dari usaha mereka.
5. Membuka Saluran Feedback
Dengan meningkatkan umpan balik, pekerja tidak hanya belajar bagaimana sebaiknya mereka menyamakan pekerjaannya, tetapi hanya dengan memeperbaiki kinerja mereka, memperburuk atau mengulang pada tingkat yang tetap. Idealnya umpan balik ini menyangkut kinerja yang dapat diterima langsung seperti pekerja melakukan pekerjaannya dan perlu kebiasaan dasar manajemen.




                                  II.            KASUS
Seorang teknisi yang biasa menangani mesin biasa, ditugaskan untuk menangani mesin baru yang lebih kompl




                       III.            ANALISIS
Seorang teknisi mesin tersebut biasanya menangani mesin-mesin biasa, mesin yang ringan-ringan. Tetapi ketika perusahannya mempunyai mesin barus, mesin besar yang kegunannya lebih kompleks, teknisi tersebut dituntut untuk bisa menguasai mesin baru tersebut. Maka mau tidak mau dia harus belajar dan berusaha keras untuk mengerti cara kerja mesin tersebut, agar nantinya saat dia menggunakan mesin tersebut tidak ada kesalahan dalam pemakaian. Hal itu juga bisa menjadi motivasi bagi teknisi tersebut untuk bisa mengembangkan kemampuannya dalam dunia mesin.





















REFERENSI
As’ad,M.(1995). Seri Umum Sumber Daya Manusia:Psikologi
Industri.Yogyakarta: Liberty.

Munandar,Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Minggu, 06 November 2016


Nama : Rindang Sekar .P

NPM : 19514428

Kelas : 3PA19

Tanggal : 6 November 2016


TEORI REINFORCEMENT, HARAPAN, PENETAPAN TUJUAN, DAN HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW



Nama : Rindang Sekar Pangayom

NPM : 19514428

Kelas : 3PA19



FAKUTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA


A.    Pendahuluan

Pada dasarnya manusia mempunyai pola perilaku yang berbeda-beda. Meskipun seperti itu manusia pasti memiliki harapan, penetapan tujuan dalam hidupnya. Setiap manusia juga pasti menginginkan adanya penguatan untuk dirinya, terlebih lagi jika penguatan itu berbentuk negatife. Karena nantinya itu akan menjadi motivasi hidup untuk memiliki kualitas hidup lebih baik lagi.

B.     Teori

1.      Teori Reinforrcement (penguatan)

Dalam pergaulan sehari-hari, reinforcement kurang lebih berarti “hadiah”. Tetapi dalam dunia psikologi, reinforcemen mempunyai arti lebih khusus, yaitu konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah laku tertentu. Sebagaimana telah disinggung di atas, suatu peristiwa yang memperkuat tingkah laku itu bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Reinforcement itu ditentukan oleh efeknya memperkuat tingkah laku. Cara lain untuk menentukan reinforce ialah bahwa reinforcer itu dapat berupa peristiwa atau sesuatu yang akan diraih seseorang. Reinforcement ini diklasifikasikan ke dalam dua macam, yaitu:

a.       Reinforcement positif

Reinforcement positif adalah suatu rangsangan (stimulus) yang memperkuat atau mendorong suatu respon (tingkah laku tertentu). Reinforcement ini berbentuk reward (ganjaran, hadiah atau imbalan), baik secara verbal (kata-kata atau ucapan pujian), maupun secara non-verbal (isyarat, senyuman, hadiah berupa bendabenda, dan makanan). Contohnya: pujian atau hadiah (sebagai rangsangan) yang diberikan kepada anak yang telah berhasil menjawab pertanyaan dengan baik, akan memperkuat, memperteguh, atau mendorong anak untuk lebih giat lagi dalam belajarnya.

b.      Reinforcement negative

Reinforcement negative adalah suatu rangsangan (stimulus) yang mendorong seseorang untuk menghindari respon tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak memuaskan (menyakitkan atau tidak menyenangkan). Dengan perkataan lain, reinforcement negatif ini memnperkuat tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Kalau suatu perbuatan tertentu menyebabkan seseorang menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan yang bersangkutan cenderung mengulangi perbuatan yang sama apabila pada suatu saat menghadapi situasi yang serupa.

2.      Teori Harapan

Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik  Victor Vroom (dalam Robbin 2003).

Karena ego manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik baik saja, daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan diperolehnya pada masa depan (Hasibuan 2001). Apabila harapan dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya. Sebaliknya jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjadi malas. Teori ini dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting:

a.    Harapan (expentancy)

Suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena prilaku .Harapan merupakan propabilitas yang memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang berarti kepastian.

b.     Nilai (Valence)

Akibat dari prilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu tertentu.

c.    Pertautan (Inatrumentality)

Persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengn hasil tingkat ke dua.Vroom mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar antara –1 yang menunjukan persepsi bahwa tercapinya tingkat ke dua adalah pasti tanpa hasis tingkat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil tingkat pertama dan positip satu +1 yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat ke dua.


3.      Teori Penetapan Tujuan

Teori penetapan tujuan menguraikan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja. Konsep dasar dari teori ini adalah bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan berpengaruh pada perilaku kerja Locke (dalam Arfan 2010). Tujuan yang sulit menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang mudah, tujuan yang jelas dan menantang akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan tujuan yang bersifat abstrak Arfan (2010). Adapun lima prinsip menetapkan tujuan menurut Locke:

a.    Kejelasan.

b.    Challenge.

c.    Komitmen.

d.   Umpan balik.

e.    Kompleksitas tugas.

4.      Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Maslow telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak “benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus dan indah. Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan sebagainya. Kebutuhan dasar Maslow adalah sebagai berikut:

a.    Kebutuhan fisiologis

Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini. 

b.    Kebutuhan Keamanan (Safety) 

Sesudah kebutuhan keamanan terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang.  

c.    Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging dan Love) 

Sesudah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.   Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love. Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah DLove; orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama atau perkawinan yang membuat orang terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada memberi. B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang. 

d.   Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem) 

a)    Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya melemah, diganti  motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri :  Menghargai diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.

b)   Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, kebutuhan harga diri, kebutuhan dimiliki dan cinta, kebutuhan keamanan , ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain. 

e.    Kebutuhan Dasar Meta : Kebutuhan Aktualisasi Diri 

Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat –kemampuann potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhankebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu. 

C.    Kasus

1.      Jika salah satu sales bisa menaikan tingkat pemasukan pada perusahaannya maka dia akan diberikan bonus berupa uang pada dua bulan gajinya.

2.      Disalah satu perusahaan, perusahaan tersebut sedang mengalami penurunan finance, maka untuk mengatasi hal tersebut pihak perusahaan melakukan PHK pada karyawannya untuk meminimalisir penurunan finance yang makin tinggi.

3.      Seorang guru honorer ingin mengikuti tes untuk menjadi PNS, maka guru honorer tersebut akan berusaha sungguh-sungguh dengan cara belajar dengan giat dan berdoa, agar guru tersebut bisa berhasil dalam tes menjadi PNS.

4.      Setiap umat manusia pasti perlu dan akan mempunyai pendamping hidup, maka dari itu setiap manusia akan berusaha untuk mempunyai perilaku baik, dan berwawasan tinggi untuk mendapatkan pendamping yang baik juga.

D.    Analisis

1.      Dengan adanya penguatan positif berupa bonus uang, itu akan menjadikan sales tersebut untuk bekerja lebih giat, dan lebih mendedikasikan dirinya pada perusahaannya.

2.      Pihak perusahaan melakukan PHK terhadap karyawannya dengan harapan agar penurunan finance tidak semakin memburuk dan masalah perusahaan bisa teratasi walau banyak pekerja yang dipecat dan menjadi pengangguran.

3.      Baik memang jika guru honorer tersebut belajar lebih giat, dan terus berdoa agar dia dapat lolos dalam tes PNS, sehingga tujuannya bisa tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

4.      Sesuai dengan teori hirarki Maslow, pada dasarnya manusia memang membutuhkan cinta, maka dari itu manusia harus memiliki kualitas hidup yang baik agar mendapatkan cinta yang baik juga.
























Referensi

Arikunto,Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:Rhineka Cipta


Munandar,S.2001.Psikologi Industri dan Organisasi.Depok:UI Press.









Nama : Rindang Sekar .P

NPM : 19514428

Kelas : 3PA19

Tanggal : 6 November 2016

 

TEORI REINFORCEMENT, HARAPAN, PENETAPAN TUJUAN, DAN HIRARKI KEBUTUHAN MASLOW

 


Nama : Rindang Sekar Pangayom

NPM : 19514428

Kelas : 3PA19

 

 

FAKUTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA

 

A.    Pendahuluan

Pada dasarnya manusia mempunyai pola perilaku yang berbeda-beda. Meskipun seperti itu manusia pasti memiliki harapan, penetapan tujuan dalam hidupnya. Setiap manusia juga pasti menginginkan adanya penguatan untuk dirinya, terlebih lagi jika penguatan itu berbentuk negatife. Karena nantinya itu akan menjadi motivasi hidup untuk memiliki kualitas hidup lebih baik lagi.

B.     Teori

1.      Teori Reinforrcement (penguatan)

Dalam pergaulan sehari-hari, reinforcement kurang lebih berarti “hadiah”. Tetapi dalam dunia psikologi, reinforcemen mempunyai arti lebih khusus, yaitu konsekuensi atau dampak tingkah laku yang memperkuat tingkah laku tertentu. Sebagaimana telah disinggung di atas, suatu peristiwa yang memperkuat tingkah laku itu bisa menyenangkan atau tidak menyenangkan. Reinforcement itu ditentukan oleh efeknya memperkuat tingkah laku. Cara lain untuk menentukan reinforce ialah bahwa reinforcer itu dapat berupa peristiwa atau sesuatu yang akan diraih seseorang. Reinforcement ini diklasifikasikan ke dalam dua macam, yaitu:

a.       Reinforcement positif

Reinforcement positif adalah suatu rangsangan (stimulus) yang memperkuat atau mendorong suatu respon (tingkah laku tertentu). Reinforcement ini berbentuk reward (ganjaran, hadiah atau imbalan), baik secara verbal (kata-kata atau ucapan pujian), maupun secara non-verbal (isyarat, senyuman, hadiah berupa bendabenda, dan makanan). Contohnya: pujian atau hadiah (sebagai rangsangan) yang diberikan kepada anak yang telah berhasil menjawab pertanyaan dengan baik, akan memperkuat, memperteguh, atau mendorong anak untuk lebih giat lagi dalam belajarnya.

b.      Reinforcement negative

Reinforcement negative adalah suatu rangsangan (stimulus) yang mendorong seseorang untuk menghindari respon tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak memuaskan (menyakitkan atau tidak menyenangkan). Dengan perkataan lain, reinforcement negatif ini memnperkuat tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Kalau suatu perbuatan tertentu menyebabkan seseorang menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan yang bersangkutan cenderung mengulangi perbuatan yang sama apabila pada suatu saat menghadapi situasi yang serupa.

2.      Teori Harapan

Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik  Victor Vroom (dalam Robbin 2003).

Karena ego manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik baik saja, daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan diperolehnya pada masa depan (Hasibuan 2001). Apabila harapan dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya. Sebaliknya jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjadi malas. Teori ini dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting:

a.    Harapan (expentancy)

Suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena prilaku .Harapan merupakan propabilitas yang memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang berarti kepastian.

b.     Nilai (Valence)

Akibat dari prilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu tertentu.

c.    Pertautan (Inatrumentality)

Persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengn hasil tingkat ke dua.Vroom mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar antara –1 yang menunjukan persepsi bahwa tercapinya tingkat ke dua adalah pasti tanpa hasis tingkat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil tingkat pertama dan positip satu +1 yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat ke dua.

 

3.      Teori Penetapan Tujuan

Teori penetapan tujuan menguraikan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja. Konsep dasar dari teori ini adalah bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan berpengaruh pada perilaku kerja Locke (dalam Arfan 2010). Tujuan yang sulit menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang mudah, tujuan yang jelas dan menantang akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan tujuan yang bersifat abstrak Arfan (2010). Adapun lima prinsip menetapkan tujuan menurut Locke:

a.    Kejelasan.

b.    Challenge.

c.    Komitmen.

d.   Umpan balik.

e.    Kompleksitas tugas.

4.      Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Maslow telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak “benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus dan indah. Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan sebagainya. Kebutuhan dasar Maslow adalah sebagai berikut:

a.    Kebutuhan fisiologis

Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini. 

b.    Kebutuhan Keamanan (Safety) 

Sesudah kebutuhan keamanan terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang.  

c.    Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging dan Love) 

Sesudah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.   Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love. Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah DLove; orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama atau perkawinan yang membuat orang terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada memberi. B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang. 

d.   Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem) 

a)    Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya melemah, diganti  motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri :  Menghargai diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan.

b)   Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, kebutuhan harga diri, kebutuhan dimiliki dan cinta, kebutuhan keamanan , ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain. 

e.    Kebutuhan Dasar Meta : Kebutuhan Aktualisasi Diri 

Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat –kemampuann potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhankebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu. 

C.    Kasus

1.      Jika salah satu sales bisa menaikan tingkat pemasukan pada perusahaannya maka dia akan diberikan bonus berupa uang pada dua bulan gajinya.

2.      Disalah satu perusahaan, perusahaan tersebut sedang mengalami penurunan finance, maka untuk mengatasi hal tersebut pihak perusahaan melakukan PHK pada karyawannya untuk meminimalisir penurunan finance yang makin tinggi.

3.      Seorang guru honorer ingin mengikuti tes untuk menjadi PNS, maka guru honorer tersebut akan berusaha sungguh-sungguh dengan cara belajar dengan giat dan berdoa, agar guru tersebut bisa berhasil dalam tes menjadi PNS.

4.      Setiap umat manusia pasti perlu dan akan mempunyai pendamping hidup, maka dari itu setiap manusia akan berusaha untuk mempunyai perilaku baik, dan berwawasan tinggi untuk mendapatkan pendamping yang baik juga.

D.    Analisis

1.      Dengan adanya penguatan positif berupa bonus uang, itu akan menjadikan sales tersebut untuk bekerja lebih giat, dan lebih mendedikasikan dirinya pada perusahaannya.

2.      Pihak perusahaan melakukan PHK terhadap karyawannya dengan harapan agar penurunan finance tidak semakin memburuk dan masalah perusahaan bisa teratasi walau banyak pekerja yang dipecat dan menjadi pengangguran.

3.      Baik memang jika guru honorer tersebut belajar lebih giat, dan terus berdoa agar dia dapat lolos dalam tes PNS, sehingga tujuannya bisa tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

4.      Sesuai dengan teori hirarki Maslow, pada dasarnya manusia memang membutuhkan cinta, maka dari itu manusia harus memiliki kualitas hidup yang baik agar mendapatkan cinta yang baik juga.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Referensi

Arikunto,Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:Rhineka Cipta


Munandar,S.2001.Psikologi Industri dan Organisasi.Depok:UI Press.