Minggu, 29 Mei 2016

TUGAS 3 SOFTSKILL KESEHATAN MENTAL



SOFTSKILL : TUGAS III
 KESEHATAN MENTAL




NAMA : RINDANG SEKAR PANGAYOM
NPM : 19514428
KELAS : 2 PA 19




UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA 2014 / 2015






IV
PENYESUAIAN DIRI & PERTUMBUHAN dan
STRES

A.    Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
1.      Konsep Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai interaksi Anda yang kontinu dengan diri Anda sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia Anda (Calhoun dan Acocella dalam Sobur, 2003). Penyesuaian diri merupakan suatu konstruksi/bangunan psikologi yang luas dan komplek, serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan baik dari lingkungan luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Dengan perkataan lain, masalah penyesuaian diri menyangkut aspek kepribadian individu dalam interaksinya dengan lingkungan dalam dan luar dirinya (Desmita, 2009).
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi, kemarahan, dan lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis (Kartini Kartono, 2002). Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Schneiders dalam Desmita, 2009).
Konsep penyesuaian yang sehat adalah mereka  yang berespon baik  yakniyakni cocok dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan orang lain, lingkungan  dan dengan tanggung jawabnya. Mereka yang sehat  memiliki ciri khas dalam penyesuaian diri yang baik walau mereka terkadang memiliki kekurangan atau kelemahan, orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi-situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik-konflik, frustasi-frustasi dan masalah-masalah tanpa menggunakan tingkah laku yang simtomatik. Karena itu, ia relatif bebas dari simtom-simtom, seperti kecemasan kronis, obsesi, atau gangguan-gangguan psikofisiologis (psikosomatik). Individu sehat dalam penyesuaian diri memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup, Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respons emosional yang tepat pada setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
2.      Pertumbuhan Personal
Kehidupan manusia dihubungkan dalam 2 proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Kedua proses tersebut merupakan pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan. Manusia mempunyai kapasitasjasmanih dan rohaniah sebagai suatu kondisi yang menuju pada arah kesempurnaan. Menurut Crow dan Crow , kematangan atau pertumbuhan sejak pembuahan dan seterusnya merupakan gejala alamiah. Pertumbuhan itu sebagai suatu hasil dari fakor-faktor luar dari individu yang matang atau tumbuh itu bisa di tunjukan sebagi perkembangan . Definisi pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis dari hasil proses suau kematangan funsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari adannya pengaruh lingkungan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses berubahnya keadaan jasmaniah (fisik) yang turun-menurun dalam bentuk proses aktif yang berkesinambungan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan diri merupakan perubahan atau perkembangan dalam arah yang diharapkan atau diinginkan. Bertumbuh sebagai individu berarti menjadi lebih penuh pemahaman, kompeten, dan penuh perhatian pada sesama. Proses dan perubahan dalam menuju pertumbuhan diri sangat bervariasi tergantung: kebutuhannya, nilai-nilai yang dianut, serta perkembangan di masa lampau.
a.       Penekanan pertumbuhan , penyesuaian diri & pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan dimana diferensiasi, artikulasi dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Penyesuaian diri merupakan suatu istilah yang sangat sulit didefinisikan, karena memiliki banyak arti dan tidak memiliki patokan jelas untuk menilai nya. Menurut Kartono, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri.
Pengertian penyesuaian diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang baru. Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Menurut pandangan para ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat individu secara konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain.
b.      Variasi Dalam Pertumbuhan
Pertumbuhan yang di alami dan terjadi pada diri individu bervariasi, pastitidaklah sama antara individu yang satu dengan yang lain. Dan tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena terkadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya. Hal ini yang menyebabkan mengapa adanya variasi dalam pertumbuhan. Variasi Pertumbuhan mencakup Kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan sosial dan Tanggung jawab dalam hubungan intrapersonal.
c.       Kondisi-kondisi Untuk Tumbuh
Faktor lainnya yang memengaruhi proses penyesuaian diri individu yaitu kondisi untuk tumbuh dimana dapat dilihat dari jawaban atas pertanyaan  “dimana dan seperti apa kondisi individu untuk tumbuh?” Lingkungan yang berbeda akan menimbulkan kondisi individu untuk bertumbuh yang berbeda, sehingga menyebabkan penyesuaian diri untuk kondisi lingkungan untuk tumbuh itu juga akan berbeda. Misalkan lingkungan dengan kondisi yang serba berkecukupan, kasih sayang yang diberikan orang tua berlimpah, pola asuh yang demokratis yang diterapkan oleh orang tua juga akan menciptakan penyesuaian diri dengan kondisi bertumbuh yang berbeda dengan kondisi lingkungan dimana kebutuhan ekonomi terkecukupi dengan baik, tetapi kasih sayang yang diberikan dari orang tua ke individu tersebut kurang serta adanya perasaan bahwa dia diabaikan oleh orang tua nya. Walaupun dari tingkat yang sama dilihat dari ekonomi yang setingkat, akan tetapi banyak faktor lain yang membuat penyesuaian diri pada individu menjadi lebih kompleks. Apalagi jika dibandingkan dengan tingkat ekonomi yang jauh lebih rendah, maka penyesuaian diri sesuai dengan kondisi lingkungan tumbuh yang lain pun akan berbeda untuk mengatasi berbagai persoalan hidup yang pelik ini.
d.      Fenomenologi Pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang  dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983). Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan – tulisan Carl Rogers.
Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
a.       Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
b.      Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan  
c.       Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
Dalam tulisan-tulisan carl roger terdapat fenomenologi.
1.      “Tiap individu ada dalam dunia pengalaman yang selalu berubah, dimana dia menjadi pusatnya”
2.      "Individu bereaksi terhadap medan sebagaimana medan itu dialami dan diamatinya. Bagi individu dunia pengamatan ini adalah kenyataan (realitas)“
3.      “Individu bereaksi terhadap medan phonomenal sebagai keseluruhan yang terorganisasi (organized whole)“
4.      “Organisme mempunyai satu kecenderungan dan dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan, dan mengembangkan diri.“
5.      “Pada dasarnya tingkah laku itu adalah usaha individu yang berarah tujuan (goal directed, doelgericht), yaitu untuk memuaskan kebutuhan –kebutuhan sebagaiana dialaminya, dalam medan sebagaimana diamatainya.“
B.     Stres
1.      Pengertian Stres
Dari sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye seorang fisiologi dan pakar stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya. Jadi merupakan repons automatik tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal suatu organisme. Dari sudut pandang psikologis stress didefinisikan sebagai suatu keadaan internal yang disebabkan oleh kebutuhan psikologis tubuh atau disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial yang potensial berbahaya, memberikan tantangan, menimbukan perubaha-perubahan  atau memerlukan mekanisme pertahanan seseorang.
Suwondo(1996) mendifinisikan stess sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan representatif dari transaksi khas dan problematika antara seseorang dengan lingkungannya. Menurut Lazarus dan folkman stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh(kondisi penyakit, latihan, dll) atau diakibatkan kondisi lingkumgan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untik melakukan coping.
Rice mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan  individu merasa tegang. Atkinsonmengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakanmembahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang.Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadadap situasi stres ini disebut sebagai respon stres.
2.      Efek-efe Dari Stres
Berikut adalah efek-efek yang bisa ditimbulkan dari stres, yakni:
Efek Umum Stress
Pada Tubuh
Pada Perasaan
Pada Perilaku
o    Sakit kepala
o    Ketegangan atau nyeri otot
o    Nyeri dada
o    Kelelahan
o    Perubahan dalam gairah seks
o    Gangguan perut
o    Masalah Tidur
o    Kecemasan    Gelisah
o    Kurangnya motivasi atau fokus
o    Lekas ​​marah
o    Kesedihan atau depresi
o    Kurang nafsu makan atau malah makan berlebihan
o    Kemarahan yang meledak ledak
o    Penyalahgunaan obat atau alkohol
o    Penarikan sosial
o    Merokok





3.      Faktor-faktor Penyebab Stres
Stres dapat terjadi karena:
1.      Fisik-biologik.
Penyakit sulit disembuhkan, cacat fisik, merasa penampilan kurang menarik.
2.      Psikologik, negatif thinking.
Sikap permusuhan, iri hati, dendan dan sejenisnya.

3.      Sosial.
Kehidupan keluarga yang tidak harmonis,  faktor pekerjaan, iklim lingkungan.
     Penyebab Stres yang bukan bersumber dari pekerjaan:
1.      Ttime based confict,konflik terjadi karena menyeimbangkan tuntutan waktuantara pekerjaan dengan tugas rumah tangga, misalnya wanita yang berperan ganda.
2.      Strain based conflict, terjadi ketika stres dari sumber meluap melebihi kemampuan yang dimiliki orang tersebut, misalnya kematian suami atau isteri.
3.      Role behavior conflict, tiap karyawan memiliki peran dalam pekerjaan, Ia juga dituntut lingkungan yang ada kalanya bertentangan dengan tuntutan pekerjaan.
4.      Stres karena adanya perbedaan individu.
Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas empat hal utama, yakni:
ü  Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal.
ü  Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
ü  Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup.
ü  Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.
4.      Tipe-tipe Stres
1.      Eustress 
Eustress adalah stres dalam bentuk positif. Ini adalah stres yang baik yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan berbagai hal dengan lebih baik. Seseorang dapat merasakan situasi tertentu, seperti pekerjaan baru, atau bertemu dengan idolanya. Jenis stres ini disebut sebagai eustress, dan secara fisik dan psikologis tidak berbahaya. Sebaliknya, stres jenis ini dapat memiliki efek positif pada kesehatan dan kinerja individu, setidaknya dalam jangka pendek.


2.      Distress
Distress, atau apa yang biasa kita sebut sebagai stress, adalah jenis stress yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan emosional. Distress sering menghasilkan emosi yang intens, seperti kemarahan, rasa takut, dan kecemasan atau panik. Terkadang, tekanan juga dapat terwujud dalam gejala fisik, seperti palpitasi, sesak napas, dan peningkatan tekanan darah. Distress atau 'stres buruk' selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis - distres akut, gangguan akut episodik, dan penderita kronis.
3.      Distress Akut
Distres akut adalah jenis yang paling umum dari stres yang datang tiba-tiba, menjadikan kita ketakutan dan bingung. Meskipun stres akut hanya berlangsung untuk jangka waktu pendek. Stres akut sering menghasilkan reaksi'lari atau melawan'. Sebuah wawancara kerja, atau ujian dimana kita belum cukup siap adalah beberapa contoh yang bisa menyebabkan stres akut. Gejala-gejala stres akut dapat dengan mudah diidentifikasi. Gejala tersebut dapat meliputi tekanan emosional, sakit kepala, migrain, peningkatan denyut jantung, palpitasi, pusing, sesak napas, tangan atau kaki terasa dingin, dan keringat berlebihan.
4.      Distress Episodic Akut
Istilah 'stres akut episodik' biasanya digunakan untuk situasi ketika stres akut menjadi norma. Jadi, gangguan episodik akut ditandai dengan sering mengalami stres akut. Orang-orang memiliki jenis stres ini sering menemukan diri mereka berjuang untuk mengatur kehidupan mereka dan sering menempatkan tuntutan yang tidak perlu dan tekanan pada diri mereka sendiri, yang akhirnya dapat menyebabkan kegelisahan dan lekas marah. Orang yang menderita gangguan episodik akut selalu terburu-buru. Jenis stres dapat menyebabkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, selain memburuknya hubungan interpersonal. Gejala yang paling umum stres episodik akut adalah lekas marah, sakit kepala terus-menerus, ketegangan, migrain, hipertensi, dan nyeri dada.
5.      Distress kronis
Distress kronis adalah stres yang bertahan untuk waktu yang lama. Stres kronis biasanya berasal keadaan yang tidak dapat dikontrol. Kemiskinan, perasaan terperangkap dalam karir menjijikkan, hubungan yang bermasalah, dan pengalaman trauma masa kecil adalah beberapa contoh peristiwa atau keadaan yang dapat menyebabkan stres kronis. Stres kronis sering menimbulkan rasa putus asa dan kesengsaraan, dan dapat mendatangkan malapetaka pada kesehatan baik fisik dan mental. Kelelahan mental dan fisik akibat stres kronis kadang-kadang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti, serangan jantung dan stroke. Hal ini juga dapat menyebabkan depresi, kekerasan, dan bunuh diri dalam kasus yang ekstrim. Mungkin aspek terburuk dari stres kronis adalah bahwa orang terbiasa dengan jenis stres, dan sehingga sering diabaikan atau diperlakukan sebagai cara hidup. Mengobati stres kronis tidak mudah, biasanya membutuhkan perawatan medis dan tehnik manajemen stres.
5.      Cerita Saya Tentang Stres dan Cara Mengatasinya
Sekarang ini saya sangat stress, karena laptop saya yang sedang rusak. Kemarin orang dari tempat service memberi kabar katanya laptop saya sudah tidak bias diperbaiki lagi. Saya stress Karena memikirkan tugas saya bagaimana nantinya, kerjaan saya. Saya sudah meminta saran sana-sini tetap saja tidak ada jalan keluar, satu-satunya cara memang harus mengikhlaskan laptop saya.












Referensi
b.uinsby.ac.id/8084/4/bab%202.pdf
Mulyani, S. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Poerwati, E., dan Nurwidodo. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Hartono, A., dan Sunanro. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Christian,M.2005.Jinakkan stress.Bandung:Nexx Media.
Smet,Bart.1994.Psikologi kesehatan.Jakarta:Gramedia.