SOFTSKILL : TUGAS III
KESEHATAN MENTAL
NAMA : RINDANG SEKAR PANGAYOM
NPM : 19514428
KELAS : 2 PA 19
UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA 2014
/ 2015
IV
PENYESUAIAN DIRI & PERTUMBUHAN dan
STRES
A.
Penyesuaian
Diri dan Pertumbuhan
1.
Konsep
Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri dapat didefinisikan sebagai interaksi Anda yang kontinu dengan diri Anda
sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia Anda (Calhoun dan Acocella dalam
Sobur, 2003). Penyesuaian diri merupakan suatu konstruksi/bangunan psikologi
yang luas dan komplek, serta melibatkan semua reaksi individu terhadap tuntutan
baik dari lingkungan luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Dengan
perkataan lain, masalah penyesuaian diri menyangkut aspek kepribadian individu
dalam interaksinya dengan lingkungan dalam dan luar dirinya (Desmita, 2009).
Penyesuaian
diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada
lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, pransangka, depresi,
kemarahan, dan lain-lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai
dan kurang efisien bisa dikikis habis (Kartini Kartono, 2002). Penyesuaian diri
adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana
individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya,
ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga
terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri
dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Schneiders dalam
Desmita, 2009).
Konsep
penyesuaian yang sehat adalah mereka yang berespon
baik yakniyakni cocok dengan kodrat manusia, dalam hubungannya
dengan orang lain, lingkungan dan dengan tanggung jawabnya. Mereka
yang sehat memiliki ciri khas dalam penyesuaian diri yang baik walau
mereka terkadang memiliki kekurangan atau kelemahan, orang yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik dapat bereaksi secara efektif terhadap
situasi-situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik-konflik,
frustasi-frustasi dan masalah-masalah tanpa menggunakan tingkah laku yang
simtomatik. Karena itu, ia relatif bebas dari simtom-simtom, seperti kecemasan
kronis, obsesi, atau gangguan-gangguan psikofisiologis (psikosomatik). Individu
sehat dalam penyesuaian diri memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup,
Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional
maksudnya ialah secara positif memiliki respons emosional yang tepat pada
setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk
mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
2.
Pertumbuhan
Personal
Kehidupan manusia dihubungkan dalam 2 proses yang
terus menerus dan berkelanjutan. Kedua proses tersebut merupakan pengertian
dari pertumbuhan dan perkembangan. Manusia mempunyai kapasitasjasmanih dan
rohaniah sebagai suatu kondisi yang menuju pada arah kesempurnaan. Menurut Crow
dan Crow , kematangan atau pertumbuhan sejak pembuahan dan seterusnya merupakan
gejala alamiah. Pertumbuhan itu sebagai suatu hasil dari fakor-faktor luar dari
individu yang matang atau tumbuh itu bisa di tunjukan sebagi perkembangan .
Definisi pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis dari hasil proses suau
kematangan funsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari adannya pengaruh
lingkungan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses berubahnya keadaan
jasmaniah (fisik) yang turun-menurun dalam bentuk proses aktif yang
berkesinambungan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan diri
merupakan perubahan atau perkembangan dalam arah yang diharapkan atau
diinginkan. Bertumbuh sebagai individu berarti menjadi lebih penuh pemahaman,
kompeten, dan penuh perhatian pada sesama. Proses dan perubahan dalam menuju
pertumbuhan diri sangat bervariasi tergantung: kebutuhannya, nilai-nilai yang
dianut, serta perkembangan di masa lampau.
a.
Penekanan pertumbuhan ,
penyesuaian diri & pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal.
Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik
(keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif
secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan
dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip
orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdiferensiasi sampai keadaan dimana diferensiasi, artikulasi dan integrasi
meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip
totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun
bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka
keseluruhan.
Penyesuaian diri merupakan suatu istilah
yang sangat sulit didefinisikan, karena memiliki banyak arti dan tidak memiliki
patokan jelas untuk menilai nya. Menurut Kartono, penyesuaian diri adalah
usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon
pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003)
menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan
keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
atau keinginan diri sendiri.
Pengertian penyesuaian diri adalah
proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang baru. Menurut
Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk
mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan
mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur,
2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu
dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu.
Menurut pandangan para ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara konstan
mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat
individu secara konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain.
b.
Variasi Dalam
Pertumbuhan
Pertumbuhan yang di alami dan terjadi
pada diri individu bervariasi, pastitidaklah sama antara individu yang satu
dengan yang lain. Dan tidak selamanya individu berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri, karena terkadang ada rintangan-rintangan
tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar
dirinya. Hal ini yang menyebabkan mengapa adanya variasi dalam
pertumbuhan. Variasi Pertumbuhan mencakup Kematangan emosional, kematangan
intelektual, kematangan sosial dan Tanggung jawab dalam hubungan intrapersonal.
c.
Kondisi-kondisi Untuk
Tumbuh
Faktor lainnya
yang memengaruhi proses penyesuaian diri individu yaitu kondisi untuk tumbuh
dimana dapat dilihat dari jawaban atas pertanyaan “dimana dan
seperti apa kondisi individu untuk tumbuh?” Lingkungan yang berbeda akan
menimbulkan kondisi individu untuk bertumbuh yang berbeda, sehingga
menyebabkan penyesuaian diri untuk kondisi lingkungan untuk tumbuh itu juga
akan berbeda. Misalkan lingkungan dengan kondisi yang serba berkecukupan, kasih
sayang yang diberikan orang tua berlimpah, pola asuh yang demokratis yang
diterapkan oleh orang tua juga akan menciptakan penyesuaian diri dengan kondisi
bertumbuh yang berbeda dengan kondisi lingkungan dimana kebutuhan ekonomi
terkecukupi dengan baik, tetapi kasih sayang yang diberikan dari orang tua ke
individu tersebut kurang serta adanya perasaan bahwa dia diabaikan oleh orang tua
nya. Walaupun dari tingkat yang sama dilihat dari ekonomi yang setingkat, akan
tetapi banyak faktor lain yang membuat penyesuaian diri pada individu menjadi
lebih kompleks. Apalagi jika dibandingkan dengan tingkat ekonomi yang jauh
lebih rendah, maka penyesuaian diri sesuai dengan kondisi lingkungan tumbuh
yang lain pun akan berbeda untuk mengatasi berbagai persoalan hidup yang pelik
ini.
d.
Fenomenologi
Pertumbuhan
Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan
diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya
sendiri. “Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang
lain.” (Brouwer, 1983). Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan – tulisan
Carl Rogers.
Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek
yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
a.
Keikhlasan
kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
b.
Menghormati
keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan
c.
Keinginan
yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
Dalam tulisan-tulisan carl roger
terdapat fenomenologi.
1.
“Tiap
individu ada dalam dunia pengalaman yang selalu berubah, dimana dia menjadi
pusatnya”
2.
"Individu
bereaksi terhadap medan sebagaimana medan itu dialami dan diamatinya. Bagi
individu dunia pengamatan ini adalah kenyataan (realitas)“
3.
“Individu
bereaksi terhadap medan phonomenal sebagai keseluruhan yang terorganisasi
(organized whole)“
4.
“Organisme
mempunyai satu kecenderungan dan dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan,
mempertahankan, dan mengembangkan diri.“
5.
“Pada
dasarnya tingkah laku itu adalah usaha individu yang berarah tujuan (goal
directed, doelgericht), yaitu untuk memuaskan kebutuhan –kebutuhan sebagaiana
dialaminya, dalam medan sebagaimana diamatainya.“
B.
Stres
1.
Pengertian Stres
Dari
sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye seorang fisiologi dan pakar
stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu respon tubuh yang tidak
spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya. Jadi merupakan repons automatik
tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan
fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis yang
optimal suatu organisme. Dari sudut pandang psikologis stress
didefinisikan sebagai suatu keadaan internal yang disebabkan oleh kebutuhan
psikologis tubuh atau disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial yang
potensial berbahaya, memberikan tantangan, menimbukan
perubaha-perubahan atau memerlukan mekanisme pertahanan seseorang.
Suwondo(1996)
mendifinisikan stess sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan
representatif dari transaksi khas dan problematika antara seseorang dengan
lingkungannya. Menurut Lazarus dan folkman stres adalah keadaan internal yang
dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh(kondisi penyakit, latihan,
dll) atau diakibatkan kondisi lingkumgan dan sosial yang dinilai potensial
membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untik
melakukan coping.
Rice mengatakan
bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan
yang menyebabkan individu merasa
tegang. Atkinsonmengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang
dirasakanmembahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang.Situasi
ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadadap situasi stres
ini disebut sebagai respon stres.
2.
Efek-efe Dari Stres
Berikut adalah efek-efek yang bisa
ditimbulkan dari stres, yakni:
Efek Umum Stress
|
||
Pada Tubuh
|
Pada Perasaan
|
Pada Perilaku
|
o Sakit kepala
o Ketegangan atau nyeri otot
o Nyeri dada
o Kelelahan
o Perubahan dalam gairah seks
o Gangguan perut
o Masalah Tidur
|
o Kecemasan Gelisah
o Kurangnya motivasi atau fokus
o Lekas marah
o Kesedihan atau depresi
|
o Kurang nafsu makan atau malah makan berlebihan
o Kemarahan yang meledak ledak
o Penyalahgunaan obat atau alkohol
o Penarikan sosial
o Merokok
|
3.
Faktor-faktor
Penyebab Stres
Stres dapat terjadi karena:
1.
Fisik-biologik.
Penyakit sulit disembuhkan, cacat fisik,
merasa penampilan kurang menarik.
2.
Psikologik, negatif
thinking.
Sikap permusuhan, iri hati, dendan dan
sejenisnya.
3.
Sosial.
Kehidupan keluarga yang tidak
harmonis, faktor pekerjaan, iklim
lingkungan.
Penyebab Stres yang bukan bersumber dari
pekerjaan:
1.
Ttime
based confict,konflik terjadi karena menyeimbangkan tuntutan waktuantara
pekerjaan dengan tugas rumah tangga, misalnya wanita yang berperan ganda.
2.
Strain
based conflict, terjadi ketika stres dari sumber meluap melebihi kemampuan yang
dimiliki orang tersebut, misalnya kematian suami atau isteri.
3.
Role
behavior conflict, tiap karyawan memiliki peran dalam pekerjaan, Ia juga
dituntut lingkungan yang ada kalanya bertentangan dengan tuntutan pekerjaan.
4.
Stres
karena adanya perbedaan individu.
Luthans (1992)
menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas empat hal utama,
yakni:
ü Extra organizational stressors, yang
terdiri dari perubahan sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi
dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal.
ü Organizational stressors, yang terdiri
dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi,
dan proses yang terjadi dalam organisasi.
ü Group stressors, yang terdiri dari
kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya
konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup.
ü Individual stressors, yang terdiri dari
terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti
pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned helplessness, self-efficacy,
dan daya tahan psikologis.
4. Tipe-tipe
Stres
1.
Eustress
Eustress adalah stres dalam bentuk
positif. Ini adalah stres yang baik yang dapat merangsang seseorang untuk
melakukan berbagai hal dengan lebih baik. Seseorang dapat merasakan situasi
tertentu, seperti pekerjaan baru, atau bertemu dengan idolanya. Jenis stres ini
disebut sebagai eustress, dan secara fisik dan psikologis tidak berbahaya.
Sebaliknya, stres jenis ini dapat memiliki efek positif pada kesehatan dan
kinerja individu, setidaknya dalam jangka pendek.
2.
Distress
Distress, atau apa yang biasa kita sebut
sebagai stress, adalah jenis stress yang memiliki efek negatif pada kesehatan
fisik dan emosional. Distress sering menghasilkan emosi yang intens, seperti
kemarahan, rasa takut, dan kecemasan atau panik. Terkadang, tekanan juga dapat
terwujud dalam gejala fisik, seperti palpitasi, sesak napas, dan peningkatan
tekanan darah. Distress atau 'stres buruk' selanjutnya dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis - distres akut, gangguan akut episodik, dan penderita
kronis.
3.
Distress
Akut
Distres akut adalah jenis yang paling
umum dari stres yang datang tiba-tiba, menjadikan kita ketakutan dan bingung.
Meskipun stres akut hanya berlangsung untuk jangka waktu pendek. Stres akut
sering menghasilkan reaksi'lari atau melawan'. Sebuah wawancara kerja, atau
ujian dimana kita belum cukup siap adalah beberapa contoh yang bisa menyebabkan
stres akut. Gejala-gejala stres akut dapat dengan mudah diidentifikasi. Gejala
tersebut dapat meliputi tekanan emosional, sakit kepala, migrain, peningkatan
denyut jantung, palpitasi, pusing, sesak napas, tangan atau kaki terasa dingin,
dan keringat berlebihan.
4.
Distress
Episodic Akut
Istilah 'stres akut episodik' biasanya
digunakan untuk situasi ketika stres akut menjadi norma. Jadi, gangguan
episodik akut ditandai dengan sering mengalami stres akut. Orang-orang memiliki
jenis stres ini sering menemukan diri mereka berjuang untuk mengatur kehidupan
mereka dan sering menempatkan tuntutan yang tidak perlu dan tekanan pada diri
mereka sendiri, yang akhirnya dapat menyebabkan kegelisahan dan lekas marah. Orang
yang menderita gangguan episodik akut selalu terburu-buru. Jenis stres dapat
menyebabkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, selain memburuknya
hubungan interpersonal. Gejala yang paling umum stres episodik akut adalah
lekas marah, sakit kepala terus-menerus, ketegangan, migrain, hipertensi, dan
nyeri dada.
5.
Distress
kronis
Distress kronis adalah stres yang
bertahan untuk waktu yang lama. Stres kronis biasanya berasal keadaan yang
tidak dapat dikontrol. Kemiskinan, perasaan terperangkap dalam karir
menjijikkan, hubungan yang bermasalah, dan pengalaman trauma masa kecil adalah
beberapa contoh peristiwa atau keadaan yang dapat menyebabkan stres kronis. Stres
kronis sering menimbulkan rasa putus asa dan kesengsaraan, dan dapat
mendatangkan malapetaka pada kesehatan baik fisik dan mental. Kelelahan mental
dan fisik akibat stres kronis kadang-kadang dapat menyebabkan masalah kesehatan
seperti, serangan jantung dan stroke. Hal ini juga dapat menyebabkan depresi,
kekerasan, dan bunuh diri dalam kasus yang ekstrim. Mungkin aspek terburuk dari
stres kronis adalah bahwa orang terbiasa dengan jenis stres, dan sehingga
sering diabaikan atau diperlakukan sebagai cara hidup. Mengobati stres kronis
tidak mudah, biasanya membutuhkan perawatan medis dan tehnik manajemen stres.
5. Cerita
Saya Tentang Stres dan Cara Mengatasinya
Sekarang
ini saya sangat stress, karena laptop saya yang sedang rusak. Kemarin orang
dari tempat service memberi kabar katanya laptop saya sudah tidak bias diperbaiki
lagi. Saya stress Karena memikirkan tugas saya bagaimana nantinya, kerjaan
saya. Saya sudah meminta saran sana-sini tetap saja tidak ada jalan keluar,
satu-satunya cara memang harus mengikhlaskan laptop saya.
Referensi
b.uinsby.ac.id/8084/4/bab%202.pdf
Mulyani, S. 2008. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Poerwati, E., dan Nurwidodo.
2000. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Hartono, A., dan Sunanro.
1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Christian,M.2005.Jinakkan
stress.Bandung:Nexx Media.
Smet,Bart.1994.Psikologi
kesehatan.Jakarta:Gramedia.