Sabtu, 16 Mei 2015

Peng.Kreatifitas dan Keberbakatan (portofolio 3)

PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN



BAB 1
BELAJAR DAN MENGAJAR KREATIF
(arti belajar kreatif)
1.     Arti Belajar Kreatif.

A.    Pengertian Belajar Kreatif
Kreativitas belajar terdiri dari dua kata yaitu kreativitas dan belajar, dalam pengertian kreativitas beberapa ahli berpendapat dengan berdasarkan latar belakang dan kebudayaan yang berbeda-beda,diantaranya sebagai berikut : James R. Evans mendefinisikan kreativitas sebagai ketrampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subyek dari perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.

B.    Proses Belajar Kreatif
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan  kreativitas siswa dalam belajar yaitu:
1.     Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
*     Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan  pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
*    PengaturanFisik
         Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
*     Kesibukan Dalam Kelas
         Kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
*     Guru sebagai Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 2009 : 78-81).

2.     Mengajukan dan Mengundang Pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
*   TehnikBertanya
         Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.
*     MetodeDiskusi
        Dalammetode dikusi, peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
*     Metode Inquiri-Discovery
         Pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam belajar penting dalam proses pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan  merumuskan  masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau  menjajaki (searching).
3.     Mengajukan Pertanyaan yang Menantang
Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu terjadi di sini.
Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan).Dalam rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan  mental intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.

C.    Mengapa Belajar Kreatif itu Penting

Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
1.     Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
2.     Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
3.     Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
4.     Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.

D.    Tiga Tingkat Belajar Kreatif (model triffinger)

Model pembelajaran Treffinger adalah pembelajaran kreatif yang bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa dengan menggunakan ketrampilan afektif dan kognitif yang termuat dalam tiga tingkatan yaitu basic tools, practice with proses, dan working with real problem. Tingkat I adalah basic tools, yaitu pengembangan fungsi-fungsi divergen, Tingkat II adalah practice with proses, merupakan proses berpikir dan perasaan majemuk, dan Tingkat III adalah working with real problem, yaitu pengaplikasian pada dunia nyata.




2.     Mengajar Kreatif
A.    Pengertian Belajar Kreatif
Definisi mengajar adalah memberikan petunjuk yang sebenarnya kepada orang lain (Hoetomo,MA,1999), sedangkan Kreativitas Menurut Jamridafrizal.S.A.g.S.S.M.Hum (2010) Kreativitas ialah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gaya hidup, gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar kreatif adalah memberikan petunjuk yang sebenarnya kepada orang lain dengan sesuatu yang baru baik berupa gaya hidup, gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dari cara yang ada sebelumnya.
B.    Tekhnik Mengajar kreatif
1)     Melakukan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
2)     Pemikiran dan perasaan terbuka
Teknik pemikiran dan perasaan berakhir terbuka ingin mengupayakan agar peserta didik terdorong memunculkan perilaku divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan pertanyaan dan memungkinkan peserta didik mengungkapkan segala perasaan dan pikiran sebagai jawaban.

3.     MENJELASKAN STRATEGI BELAJAR KREATIF
Strategi Pembelajaran kreatif yang diberi nama “Majelis” ini cocok digunakan untuk mata pelajaran TIK, IPA, Penjaskes, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Pendidikan Agama, Keterampilan, Seni Budaya, IPS, dan Matematika. Dasar pemikiran mengapa muncul strategi pembelajaran ini adalah sifat dasar alamiah manusia yang senantiasa ingin berkumpul dan bercakap-cakap, atau berdiskusi. Strategi pembelajaran kreatif majelis ini mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan setting ruangan secara khusus. Selain itu, selama pembelajaran siswa dapat melatih kecerdasan emosional, kemandirian, berbicara, menulis, membaca, mendengarkan, bergerak, dan tentu saja bersenang-senang.
Melalui strategi pembelajaran kreatif majelis ini, setiap kelompok siswa misalnya diberi tugas untuk menggabungkan potongan-potongan informasi atau gambar menjadi sesuatu yang utuh dan bermakna. Melalui kegiatan pembelajaran yang menggunakan strategi “Majelis” ini, dapat diharapkan siswa menjadi aktif baik secara fisik maupun mental. Mereka pasti lebih suka menggeser-geser kartu dan mereka-reka kata, kalimat, atau simbol untuk membuat hubungan. Selain itu metode ini bagus untuk keterampilan mengurutkan, mengelompokkan,memilih dan mencocokkan. Mereka dapat diminta untuk saling berlomba untuk menjadi yang paling cepat menyelesaikan tugas. Hal ini dilakukan agar setiap kelompok menjadi lebih bersemangat dalam belajar.Strategi pembelajaran “Majelis” dapat divariasikan dengan membuat sistem kompetisi untuk kelompok siswa.

4.     MENJELASKAN DAN MENGANALISA SARAN-SARAN TAMBAHAN DALAM MEMUPUK IKLIM BELAJAR KREATIF
Untuk dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yaitu guru harus mengembangkan kreativitasnya dalam pembelajaran. Kreativitas guru merupakan hal penting dalam pembelajaran dan bahkan dapat menjadikan pintu masuk dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa. Perilaku pembelajaran yang dicerminkan oleh guru cenderung kurang bermakna apabila tidak diimbangi dengan gagasan/ide dan perilaku pembelajaran yang kreatif. Kreativitas adalah kemampuan guru dalam meninggalkan gagasan/ide dan perilaku yang dinilai mapan, rutinitas, usang dan beralih untuk menghasilkan atau memunculkan gagasan/ide dan perilaku baru itu terwujud ke dalam pola pembelajaran yang di nilai kreatif dan adaptif terhadap perubahan (Agung 2010:12). Mengembangkan kreativitas pembelajaran antara lain sebagai berikut:


a.     Merancang dan Menyiapkan Bahan Ajar/Materi
Pelajaran Merancang dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran terhadap anak didik dapat berlangsung baik, rancangan dan persiapan bahan ajar/materi pelajaran pun harus baik pula, cermat dan sistematis. Rancangan atau persiapan bahan ajar/ materi pelajaran berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat terarah baik dan efektif. Namun hendaknya dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar/ materi pelajaran disertai pula dengan gagasan/ide dan perilaku guru yang kreatif (Agung 2010:54). Sejumlah hal dibawah ini mungkin dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengembangkan gagasan/ide dan perilaku kreatif berkaitan dengan menyusun rencana atau persiapan mengajar (Agung 2010:54-55).

·       Menentukan bahan ajar/materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik
·        Menentukan tujuan pembelajaran dari masing-masing bahan ajar/materi pelajaran yang akan disampaikan
·       Memilah bahan ajar/materi pelajaran yang dinilai sulit dan mudah diterima oleh peserta didik
·       Merancang cara pemberian dan membangkitkan perhartian dan semangat belajar siswa, melalui contoh, ilustrasi gaya bahasa yang di gunakan dan lain sebagainya
·       Merancang cara untuk menimbulkan keaktifan dalam pembelajaran siswa, berupa pemberian tugas mencari bahan ajar, eksperimen, stimulasi, diskusi, perkerjaan rumah dan sebagainya
·       Merancang cara pemberian pengulangan tehadap bahan ajar yang dinilai sulit melalui tes kecil, pemberian tambahan waktu belajar, pemberian tugas/perkerjaan rumah dan lain sebaginya
·       Merancang cara memberikan tantangan belajar yang perlu diatasi bersama oleh siswa, baik individual maupun kelompok, seperti menugaskan membaca dan menyimpulakn hasil, tugas, tugas kelompok, pengenalan lingkungan sekitar, memberikan tugas kliping Koran dengan tema sesuai dengan materi pelajaran dan memberikan kesimpulan dan lain sebagainya
·       Merancang cara untuk balikan dan penguatan, berupa tes kecil harian, pemberian tugas/latihan, pemberian jam pelajaran tambahan untuk penguatan dan sebagainya
·       Memperhatikan perbedaan karakteristik kemampuan siswa dan mengelompokkan ke dalam siswa pintar, sedang, dan kurang, serta perlakuan yang akan diberikan
·       Menyusun rencana kerja
b.     Pengelolaan Kelas
Pengelolahan kelas harus sesuai dengan materim, tujuan, dan kebutuhan yang dihadapi. Guru dapat merancang pengelolahan kelas secara variatif untuk menghindarkan proses pembelajaran yang monoton, satu arah dan kering. Sebaliknya, pengelolaan kelas yang terencana dengan baik akan membawa suasana pembelajaran lebih menantang, menarik dan tidak membosabkan. Kreativitas guru dalam pengelolaan kelas (Agung 2010:56-57):
·       Mengkaji bahan ajar/materi pembelajaran yang akan disampaikan, tujuan pembelajran
·       Mengkaji bentuk-bentuk pengelolaan kelas dan menentukan dengan kemungkinan penerapan sesuai dengan bahan ajar/materi pelajaran yang akan disampaikan, dalam bentuk klasikal/kelas, berkelompok, berpasangan, perseorangan atau lainnya
·       Memperhatikan hal-hal pengelolaan kelas terkait denganpemberian dan membangkitkan perhatian dan motivasi peserta didik, mengembangkan keaktifan dalam pembelajara, keterlibatan langsung peserta didik, pemberian pengulangan, pemberian tantangan belajar, pemberian balikan dan penguatan, serta perbedaan individual siswa
·       Mengidentifikasi permasalahan dan hambatan dalam pengelolaan dan kebutuhanruang/kelas, serta membahas dengan kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mencari alternative pemecahannya
·       Menyusun rencana kerja terkait pengelolaan kelas
c.      Pemanfaatan Waktu
Hal yang dapat dilakukan guru dalam mewujudkan gagasan/ide dan perilaku kreatif dalam memanfaatkan waktu antara lain (Agung 2010:58-59):
·       Mengkaji rancangan/persiapan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya
·       Menyusun pembagian waktu pembelajaran berdasarkan jenis/bentuk pengajaran, misalkan penyampaian bahan ajar/materi pelajaran, diskusi, eksperimen, dan lain sebagainya
·       Merancang dan menyususun pembagian waktu untuk membangkitkan perhatian dan motivasi peserta didik, keterlibatan langsung, keaktifan, pengulangan, balikan dan penguatan, sampai dengan penambahan jam pelajaran
·       Mengidentifikasi permasalahan dan  hambatan yang muncul dalam upaya memberikan tambahan waktu belajar kepada siswa
·       Membahas dengan kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mencari alternatif pemecahannya.
·       Menyusun rencana kerja pemanfaatan waktu
d.     Penggunaan Metode Pembelajaran
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk mewujudkan perilaku pembelajaran yang kreatif dalam menggunakan metode pengajaran, yaitu (Agung 2010:60-61):
·       Mengkaji bentuk metode pembelajaran yang ada
·       Mengkaji segenap hal terkait  dengan penggunaan metode pembelajaran, mulai dari bahan ajar/materi pelajaran, tujuan pembelajaran yang akan disampaikan, upaya membangkitkan perhatian dan semangat peserta didik, melibatkan keaktifan peserta didik, memberikan balikan dan penguatan, sampai dengan perhatian terhadap perbedaan karakteristik peserta didik
·       Merancang metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengunaannya
·       Membahas rancangan penggunaan bentuk metode pembelajaran dan menyiapkan fasilitas pendukung
·       Mencari bantuan ahli yang berasal dari dalam maupun luar sekolah (apabila diperlukan)
·       Menyususn rancangan kerja pemanfaatan metode pembelajaran
e.     Penggunaan Media Pembelajaran
Di bawah ini sejumlah langkah/tindakan yang dapat dilaksanakan oleh guru terkait dengan penggunaan media pembelajaran, antara lain (Agung 2010:62):
·       Mengkaji bentuk-bentuk media pembelajaran yang ada
·       Mengkaji segenap hal terkait dengan penggunaan media pembelajaran, mulai dari bahan ajar/materi pelajaran, tujuan pembelajaran, upaya membangkitkan perhatian dan semangat peserta didik, melibatkan keaktifan peserta didik, memberikan balikan dan penguatan, sampai dengan perhatian perbedaan karakteristik peserta didik
·       Merancang dan membahas penggunaan media pembelajaran
·       Mencari bantuan ahli
·       Menyusun rencana kerja penggunaan media pembelajaran.
f.      Pengembangan Alat Evaluasi
Dibawah ini dikemukakan langkah-langkah atau tindakan yang mungkin dapat dilakukan guru dalam mewujudkan gagasan/ide dan perilaku pembelajaran yang kreatif berkaitan dengan pengembangan alat evaluasi tersebut (Agung 2010:63-65):
·       Mengidentifikasi jenis/bentuk tes berbagai alat evaluasi hasil belajar siswa/peserta didik serta kaidah-kaidah penulisan soal
·       Menentukan waktu evaluasi berupa tes/ulangan harian, mingguan, bulanan, cawu dan semester
·       Menentukan jenis/bentuk tes (uraian, jawaban singkat, isian, pilihan ganda, menjodohkan dan benar salah)
·       Menetapkan jenis/bentuk tes yang telah dipilih
·       Mengidentifikasi permasalahan, hambatan dan kebutuhan berkenaan dengan penggunaan jenis/bentuk tes
·       Menentukan alternatif pemecahan permasalahan, hambatan dan kebutuhan yang dihadapi.