PENGEMBANGAN
KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN
BAB
1
BELAJAR
DAN MENGAJAR KREATIF
(arti
belajar kreatif)
1.
Arti
Belajar Kreatif.
A.
Pengertian
Belajar Kreatif
Kreativitas
belajar terdiri dari dua kata yaitu kreativitas dan belajar, dalam pengertian
kreativitas beberapa ahli berpendapat dengan berdasarkan latar belakang dan
kebudayaan yang berbeda-beda,diantaranya sebagai berikut : James R. Evans
mendefinisikan kreativitas sebagai ketrampilan untuk menentukan pertalian baru,
melihat subyek dari perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari
dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.
B.
Proses
Belajar Kreatif
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang
dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar yaitu:
1. Menciptakan
lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
Memberikan
Pemanasan
Sebelum
memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan
rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan
siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu
penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan,
bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda
lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan
gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat
tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan
minat dan rasa ingin tahu siswa.
PengaturanFisik
Membagi siswa dalam kelompok
untuk mengadakan diskusi kelompok.
Kesibukan
Dalam Kelas
Kegiatan belajar secara kreatif sering
menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu
guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan
sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan
yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa
bersibuk diri secara kreatif.
Guru sebagai
Fasilitator
Guru dan
anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai
pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator
gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki
tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur
harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan
pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 2009 : 78-81).
2.
Mengajukan
dan Mengundang Pertanyaan
Dalam proses
belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan
kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
TehnikBertanya
Pertanyaan yang merangsang
pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan
semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta,
merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.
MetodeDiskusi
Dalammetode dikusi, peran guru
dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang
mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka
butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul
kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar
siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
Metode
Inquiri-Discovery
Pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan,
penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam belajar penting dalam proses
pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui
inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor
yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan masalah
(tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan
sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai
masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau menjajaki (searching).
3. Mengajukan Pertanyaan yang Menantang
Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif
adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif)
antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu
kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah
terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu
situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa
saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu
terjadi di sini.
Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik
(perasaan).Dalam rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada
keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan mental
intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan
perkembangan moral.
C. Mengapa Belajar Kreatif itu Penting
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat
alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
1.
Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna
jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam
upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan
belajar bagi mereka sendiri.
2.
Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan
untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di
masa depan.
3.
Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar
dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar
hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat
mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
4.
Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan
kesenangan yang besar.
D. Tiga Tingkat Belajar Kreatif (model
triffinger)
Model pembelajaran Treffinger adalah pembelajaran kreatif yang bertujuan untuk
mengembangkan kreativitas siswa dengan menggunakan ketrampilan afektif dan
kognitif yang termuat dalam tiga tingkatan yaitu basic tools, practice with proses, dan working with real problem. Tingkat
I adalah basic tools, yaitu
pengembangan fungsi-fungsi divergen, Tingkat
II adalah practice with proses,
merupakan proses berpikir dan perasaan majemuk, dan Tingkat III adalah working
with real problem, yaitu pengaplikasian pada dunia nyata.
2. Mengajar Kreatif
A. Pengertian Belajar
Kreatif
Definisi mengajar adalah memberikan petunjuk yang
sebenarnya kepada orang lain (Hoetomo,MA,1999),
sedangkan Kreativitas Menurut Jamridafrizal.S.A.g.S.S.M.Hum
(2010) Kreativitas
ialah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa
gaya hidup, gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan
yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di
atas dapat disimpulkan bahwa mengajar kreatif adalah memberikan petunjuk yang
sebenarnya kepada orang lain dengan sesuatu yang baru baik berupa gaya hidup,
gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dari cara yang ada
sebelumnya.
B. Tekhnik Mengajar
kreatif
1)
Melakukan Pemanasan
Sebelum
memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan
rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan
siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu
penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan,
bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda
lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan
gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat
tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan
minat dan rasa ingin tahu siswa.
2) Pemikiran
dan perasaan terbuka
Teknik pemikiran dan perasaan berakhir terbuka ingin
mengupayakan agar peserta didik terdorong memunculkan perilaku divergen.
Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan pertanyaan dan
memungkinkan peserta didik mengungkapkan segala perasaan dan pikiran sebagai
jawaban.
3. MENJELASKAN STRATEGI BELAJAR
KREATIF
Strategi Pembelajaran kreatif yang diberi nama “Majelis” ini cocok digunakan untuk mata
pelajaran TIK, IPA, Penjaskes, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Pendidikan
Agama, Keterampilan, Seni Budaya, IPS, dan Matematika. Dasar pemikiran mengapa
muncul strategi pembelajaran ini adalah sifat dasar alamiah manusia yang
senantiasa ingin berkumpul dan bercakap-cakap, atau berdiskusi. Strategi
pembelajaran kreatif majelis ini mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan
setting ruangan secara khusus. Selain itu, selama pembelajaran siswa dapat
melatih kecerdasan emosional, kemandirian, berbicara, menulis, membaca,
mendengarkan, bergerak, dan tentu saja bersenang-senang.
Melalui strategi
pembelajaran kreatif majelis ini, setiap kelompok siswa misalnya diberi tugas
untuk menggabungkan potongan-potongan informasi atau gambar menjadi sesuatu
yang utuh dan bermakna. Melalui kegiatan pembelajaran yang menggunakan strategi
“Majelis” ini, dapat diharapkan siswa
menjadi aktif baik secara fisik maupun mental. Mereka pasti lebih suka
menggeser-geser kartu dan mereka-reka kata, kalimat, atau simbol untuk membuat
hubungan. Selain itu metode ini bagus untuk keterampilan mengurutkan,
mengelompokkan,memilih dan mencocokkan. Mereka dapat diminta untuk saling
berlomba untuk menjadi yang paling cepat menyelesaikan tugas. Hal ini dilakukan
agar setiap kelompok menjadi lebih bersemangat dalam belajar.Strategi
pembelajaran “Majelis” dapat
divariasikan dengan membuat sistem kompetisi untuk kelompok siswa.
4. MENJELASKAN DAN MENGANALISA
SARAN-SARAN TAMBAHAN DALAM MEMUPUK IKLIM BELAJAR KREATIF
Untuk dapat
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yaitu guru harus mengembangkan
kreativitasnya dalam pembelajaran. Kreativitas guru merupakan hal penting dalam
pembelajaran dan bahkan dapat menjadikan pintu masuk dalam upaya meningkatkan
pencapaian hasil belajar siswa. Perilaku pembelajaran yang dicerminkan oleh
guru cenderung kurang bermakna apabila tidak diimbangi dengan gagasan/ide dan
perilaku pembelajaran yang kreatif. Kreativitas adalah kemampuan guru dalam
meninggalkan gagasan/ide dan perilaku yang dinilai mapan, rutinitas, usang dan
beralih untuk menghasilkan atau memunculkan gagasan/ide dan perilaku
baru itu terwujud ke dalam pola pembelajaran yang di nilai kreatif dan
adaptif terhadap perubahan (Agung
2010:12). Mengembangkan kreativitas pembelajaran antara lain sebagai
berikut:
a. Merancang dan Menyiapkan Bahan
Ajar/Materi
Pelajaran Merancang dan menyiapkan bahan ajar/materi
pelajaran merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran terhadap
anak didik dapat berlangsung baik, rancangan dan persiapan bahan
ajar/materi pelajaran pun harus baik pula, cermat dan sistematis. Rancangan
atau persiapan bahan ajar/ materi pelajaran berfungsi sebagai pemberi arah
pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat terarah baik dan
efektif. Namun hendaknya dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar/ materi
pelajaran disertai pula dengan gagasan/ide dan perilaku guru yang
kreatif (Agung 2010:54).
Sejumlah hal dibawah ini mungkin dapat menjadi acuan bagi guru untuk
mengembangkan gagasan/ide dan perilaku kreatif berkaitan dengan menyusun
rencana atau persiapan mengajar (Agung
2010:54-55).
·
Menentukan bahan ajar/materi pelajaran
yang akan diberikan kepada peserta didik
·
Menentukan tujuan pembelajaran dari
masing-masing bahan ajar/materi pelajaran yang akan disampaikan
·
Memilah bahan ajar/materi pelajaran yang
dinilai sulit dan mudah diterima oleh peserta didik
·
Merancang cara pemberian dan
membangkitkan perhartian dan semangat belajar siswa, melalui contoh, ilustrasi
gaya bahasa yang di gunakan dan lain sebagainya
·
Merancang cara untuk menimbulkan
keaktifan dalam pembelajaran siswa, berupa pemberian tugas mencari bahan ajar,
eksperimen, stimulasi, diskusi, perkerjaan rumah dan sebagainya
·
Merancang cara pemberian pengulangan
tehadap bahan ajar yang dinilai sulit melalui tes kecil, pemberian tambahan
waktu belajar, pemberian tugas/perkerjaan rumah dan lain sebaginya
·
Merancang cara memberikan tantangan
belajar yang perlu diatasi bersama oleh siswa, baik individual maupun kelompok,
seperti menugaskan membaca dan menyimpulakn hasil, tugas, tugas kelompok,
pengenalan lingkungan sekitar, memberikan tugas kliping Koran dengan tema
sesuai dengan materi pelajaran dan memberikan kesimpulan dan lain sebagainya
·
Merancang cara untuk balikan dan
penguatan, berupa tes kecil harian, pemberian tugas/latihan, pemberian jam
pelajaran tambahan untuk penguatan dan sebagainya
·
Memperhatikan perbedaan karakteristik
kemampuan siswa dan mengelompokkan ke dalam siswa pintar, sedang, dan kurang,
serta perlakuan yang akan diberikan
·
Menyusun rencana kerja
b. Pengelolaan Kelas
Pengelolahan kelas harus sesuai dengan materim,
tujuan, dan kebutuhan yang dihadapi. Guru dapat merancang pengelolahan kelas
secara variatif untuk menghindarkan proses pembelajaran yang monoton, satu arah
dan kering. Sebaliknya, pengelolaan kelas yang terencana dengan baik akan
membawa suasana pembelajaran lebih menantang, menarik dan tidak membosabkan.
Kreativitas guru dalam pengelolaan kelas (Agung
2010:56-57):
·
Mengkaji bahan ajar/materi pembelajaran
yang akan disampaikan, tujuan pembelajran
·
Mengkaji bentuk-bentuk pengelolaan kelas
dan menentukan dengan kemungkinan penerapan sesuai dengan bahan ajar/materi
pelajaran yang akan disampaikan, dalam bentuk klasikal/kelas, berkelompok,
berpasangan, perseorangan atau lainnya
·
Memperhatikan hal-hal pengelolaan kelas
terkait denganpemberian dan membangkitkan perhatian dan motivasi peserta didik,
mengembangkan keaktifan dalam pembelajara, keterlibatan langsung peserta didik,
pemberian pengulangan, pemberian tantangan belajar, pemberian balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual siswa
·
Mengidentifikasi permasalahan dan
hambatan dalam pengelolaan dan kebutuhanruang/kelas, serta membahas dengan
kepala sekolah dan rekan guru lain untuk mencari alternative pemecahannya
·
Menyusun rencana kerja terkait
pengelolaan kelas
c. Pemanfaatan Waktu
Hal yang dapat dilakukan guru dalam mewujudkan
gagasan/ide dan perilaku kreatif dalam memanfaatkan waktu antara lain (Agung 2010:58-59):
·
Mengkaji rancangan/persiapan
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya
·
Menyusun pembagian waktu pembelajaran
berdasarkan jenis/bentuk pengajaran, misalkan penyampaian bahan ajar/materi
pelajaran, diskusi, eksperimen, dan lain sebagainya
·
Merancang dan menyususun pembagian waktu
untuk membangkitkan perhatian dan motivasi peserta didik, keterlibatan
langsung, keaktifan, pengulangan, balikan dan penguatan, sampai dengan
penambahan jam pelajaran
·
Mengidentifikasi permasalahan dan
hambatan yang muncul dalam upaya memberikan tambahan waktu belajar kepada siswa
·
Membahas dengan kepala sekolah dan rekan
guru lain untuk mencari alternatif pemecahannya.
·
Menyusun rencana kerja pemanfaatan waktu
d. Penggunaan Metode Pembelajaran
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk mewujudkan
perilaku pembelajaran yang kreatif dalam menggunakan metode pengajaran, yaitu (Agung 2010:60-61):
·
Mengkaji bentuk metode pembelajaran yang
ada
·
Mengkaji segenap hal terkait
dengan penggunaan metode pembelajaran, mulai dari bahan ajar/materi pelajaran,
tujuan pembelajaran yang akan disampaikan, upaya membangkitkan perhatian dan
semangat peserta didik, melibatkan keaktifan peserta didik, memberikan balikan
dan penguatan, sampai dengan perhatian terhadap perbedaan karakteristik peserta
didik
·
Merancang metode pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan pengunaannya
·
Membahas rancangan penggunaan bentuk
metode pembelajaran dan menyiapkan fasilitas pendukung
·
Mencari bantuan ahli yang berasal dari
dalam maupun luar sekolah (apabila diperlukan)
·
Menyususn rancangan kerja pemanfaatan
metode pembelajaran
e. Penggunaan Media Pembelajaran
Di bawah ini sejumlah langkah/tindakan yang dapat
dilaksanakan oleh guru terkait dengan penggunaan media pembelajaran, antara
lain (Agung 2010:62):
·
Mengkaji bentuk-bentuk media
pembelajaran yang ada
·
Mengkaji segenap hal terkait dengan
penggunaan media pembelajaran, mulai dari bahan ajar/materi pelajaran, tujuan
pembelajaran, upaya membangkitkan perhatian dan semangat peserta didik,
melibatkan keaktifan peserta didik, memberikan balikan dan penguatan, sampai
dengan perhatian perbedaan karakteristik peserta didik
·
Merancang dan membahas penggunaan media
pembelajaran
·
Mencari bantuan ahli
·
Menyusun rencana kerja penggunaan media
pembelajaran.
f. Pengembangan Alat Evaluasi
Dibawah ini dikemukakan langkah-langkah atau
tindakan yang mungkin dapat dilakukan guru dalam mewujudkan gagasan/ide dan
perilaku pembelajaran yang kreatif berkaitan dengan pengembangan alat evaluasi
tersebut (Agung 2010:63-65):
·
Mengidentifikasi jenis/bentuk tes
berbagai alat evaluasi hasil belajar siswa/peserta didik serta kaidah-kaidah
penulisan soal
·
Menentukan waktu evaluasi berupa
tes/ulangan harian, mingguan, bulanan, cawu dan semester
·
Menentukan jenis/bentuk tes (uraian,
jawaban singkat, isian, pilihan ganda, menjodohkan dan benar salah)
·
Menetapkan jenis/bentuk tes yang telah
dipilih
·
Mengidentifikasi permasalahan, hambatan
dan kebutuhan berkenaan dengan penggunaan jenis/bentuk tes
·
Menentukan alternatif pemecahan
permasalahan, hambatan dan kebutuhan yang dihadapi.